Knowledge

All (93) Astrology (2) Baby (25) Fashion (23) Finance (1) Folk Tales (4) Foods (8) Health (12) Kids (13) Knowledge (30) Motivation (6) Pregnancy (10) Travelling (1)

14 November 2011

Menyapih ASI



Menyapih ASI...mmhhhh ini keinginanku saat ini. Bingung gimana caranya, soalnya sampai saat ini anakku (20 bulan) tidak suka minum susu formula, jadi setiap hari dia minum susu dengan paksaan (disuapi pakai sendok), walaupun sekarang sudah jauh lebih baik dibandingkan dulu. Sekarang sudah tidak terlalu susah menyuapi susu. 
Dia minum ASI hanya saat malam hari, tapi menurutku hal yang tidak baik dari ASI malam hari adalah dia bukan sekedar minum ASI karena lapar atau haus, tetapi ngempeng. Jadi dia tidak bisa tidur malam kalau tidak ngempeng.
Mamaku menyarankan untuk mengolesi puting dengan pahit-pahitan seperti kinine.
Aku coba browsing di internet cara menyapih, tetapi tidak ada jawaban yang pasti. Malah sebenarnya memberi pahit-pahit pada puting bukanlah cara yang baik untuk menyapih.
SALAH CARA MENYAPIH DAN EFEK YANG MUNGKIN TIMBUL

1. Mengoleskan obat merah pada puting
Selain bisa menyebabkan anak mengalami keracunan, juga membuat anak belajar bahwa puting ibu ternyata tidak enak, bahkan bisa membuatnya sakit. Keadaan ini akan semakin parah jika ibu melakukannya secara tiba-tiba. Si kecil akan merasa ditolak ibunya. Dampak selanjutnya mudah diduga, anak akan merasa ibu tidak mencintainya.
Gaya kelekatan yang muncul selanjutnya adalah avoidance (menghindar dalam suatu hubungan interpersonal). Hal ini dapat memengaruhi perkembangan kepribadian anak. Ia akan mengalami kesulitan untuk menjalin suatu hubungan intensif dengan orang lain. Hal ini terjadi karena di masa kanak-kanak ia merasa ditolak oleh orang tua, dalam hal ini ibunya.

2. Memberi perban/plester pada puting
Dibanding cara nomor 1, cara ini akan terasa lebih menyakitkan buat anak. Jika diberi obat merah, anak masih bisa menyentuh puting ibunya. Tetapi kalau sudah diperban/diplester, anak belajar bahwa puting ibunya adalah sesuatu yang tak bisa dijangkau.

3. Dioleskan jamu, brotowali, atau kopi supaya pahit
Awalnya mungkin anak tak akan menikmati, tetapi lama-kelamaan anak bisa menikmatinya dan malah bergantung pada rasa pahit tersebut. Mengapa? Karena ia belajar, meskipun pahit tetapi masih tetap bercampur dengan puting ibunya.
Dampaknya, anak bisa mengembangkan suatu kepribadian yang ambivalen, dalam arti ia tidak mengerti apakah ibu sebetulnya mencintainya atau tidak. "Bunda masih memberikan ASI, tapi kok tidak seperti biasanya, jadi pahit."
Parahnya lagi, kepribadian ambivalen bukan kepribadian yang menyenangkan. Anak akan mengembangkan kecemasan dalam hubungan interpersonal nantinya.

4. Menitipkan anak ke rumah kakek-neneknya
Kehilangan ASI saja sudah cukup menyakitkan, apalagi ditambah kehilangan figur ibu. Ingat loh, anak kecil umumnya belum memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Jadi, dapat dibayangkan kondisi seperti ini bisa mengguncang jiwa anak, sehingga tak menutup kemungkinan anak merasa ditinggalkan.
Tentunya hal itu tak mudah bagi anak karena ada dua stressor (sumber stress) yang dihadapinya, yakni ditinggalkan dan harus beradaptasi. Jadi jangan kaget, jika setelahnya anak pun butuh penyesuaian lagi terhadap ibunya. Malah akan timbul ketidakpercayaan anak terhadap ibu.

5. Selalu mengalihkan perhatian anak setiap menginginkan ASI
Meski masih batita, si kecil tetap bisa merasakan penolakan ibu yang selalu mengalihkan perhatiannya saat ia menginginkan ASI. Kondisi ini juga membuat anak belajar berambivalensi. Misal, ibu selalu mengajak anak bermain setiap kali minta ASI. Tentu anak akan bertanya-tanya, "Bunda sayang aku enggak sih, kok aku enggak dikasih ASI? Tetapi kalau tidak sayang, kok masih ngajak aku main?"

6. Selalu bersikap cuek setiap anak menginginkan ASI
Anak jadi bingung dan bertanya-tanya, mengapa dirinya diperlakukan seperti itu. Dampaknya, anak bisa merasa tak disayang, merasa ditolak, sehingga padanya berkembanglah rasa rendah diri.





Dari artikel di atas, kita tahu ternyata tidak mudah menyapih...banyak cara menyapih yang ternyata tidak baik dampaknya bagi pertumbuhan psikologis anak. So, harus bagaimana?


Cara Menyapih yang Benar


1. Lakukan proses menyapih ini secara perlahan. Misalnya dengan mengurangi frekuensi menyusu dari 5 kali menjadi 3 atau 4 kali. Lakukan bertahap sampai akhirnya berhenti sama sekali.

2. Komunikasikan hal ini dengan anak. Jangan takut anak anak tidak mengerti dengan keinginan anda untuk menyapihnya. Berikan pengertian yang baik dan dengan komunikasi yang mudah dicerna olehnya. Walau masih kecil tapi ia mengerti kata kata dari orang dilingkungannya.


Kalau ada yang punya pengalaman menyapih, bagi-bagi ilmu yah.....^-^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar