Knowledge

All (93) Astrology (2) Baby (25) Fashion (23) Finance (1) Folk Tales (4) Foods (8) Health (12) Kids (13) Knowledge (30) Motivation (6) Pregnancy (10) Travelling (1)

4 Maret 2013

Pimpinan yang Picik

"Pimpinan yang Picik", itu judul yang aku buat untuk tulisan pertamaku di blogku ini. Saat ini aku sangat ingin menuangkan uneg-unegku...mungkin karena saking sebelnya aku dengan keadaan yang aku lihat di depan mataku tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Just sharing nih, apa yang terjadi di kantorku, tepatnya di divisi tempat aku bekerja. Bossku memang smart dan cukup sukses di perusahaan ini untuk orang seumur dia. Tapi seiring berjalannya waktu, semakin tinggi kedudukan seseorang bisa membuat orang itu lupa diri dan berlaku kurang wise.


Bossku mengepalai 3 divisi di perusahaan ini dan telah menelurkan bibit-bibit unggul. Para direksi juga sangat percaya kepadanya, bisa dibilang pendapat apapun yang dilontarkan oleh bossku pasti diterima oleh para direksi (seperti orang kepercayaan istilahnya).

Dari 3 divisi yang dipimpinnya, divisiku yang paling muda umurnya, baru dibentuk sekitar 4 tahun. Awalnya divisiku dipegang oleh Ass Men yeng merupakan anak buah bossku dari salah satu divisi yang dipegangnya. Sang Ass Men bersama 6 orang karyawan barunya (termasuk aku) merintis divisi ini. Sekarang divisi ini sudah semakin besar, dengan total anggota 23 orang, bisa dibilang aku saksi perjalanan divisi ini. Saat ini Ass Menku dimutasi ke anak perusahaan, sehingga orang di bawahnya naik menggantikan dia.

Sejak Ass Menku dimutasi, bossku mulai involve di divisiku. Untuk hal yang baik dan memajukan divisiku sih no problem...tapi aku dan teman-teman yang lain tidak merasakan hal itu, justru yang kami rasakan bossku semakin mengada-ada dan membuat kami merasa kurang nyaman dia berada di tengah-tenga kami. Dia tidak suka jika kami pulang tenggo, dengan alasan kalau kami tidak menunjukkan performance kami, dia mana bisa bantu "jual" kami di depan direksi (istilahnya "promote"). Padahal jika kami sedang tugas di luar kota, kami sering lembur (karena memang perlu lembur)...jadi ketika kami stay di office kami tidak lembur, dan memang tidak ada hal untuk dilemburkan. Boss kami yang smart itu berpendapat lain, di office harus lembur, sedangkan saat tugas di luar kota harus tenggo. Oh my God....

Apa alasan dia berpendapat seperti itu dan meminta kami seperti itu? Tidak lain tidak bukan adalah untuk menemani dia...tapi hebatnya dia memberikan alasan lain untuk menyembunyikan maksud yang sebenarnya. FYI, bossku tinggal terpisah dengan istri dan anaknya. Dia tinggal bersama mamanya, sedangkan weekend baru kumpul bersama istri dan anaknya...why?? because mamanya tidak akur dengan istrinya, sedangkan dia anak sulung dari 2 bersaudara yang harus mengurus mamanya (papanya sudah almarhum sejak dia kecil dan adik satu-satunya berkelana ke luar negeri). Mamanya tidak menyukai istrinya karena dianggap tidak sederajat (mamanya masih kerabat direksi dan sifatnya sangat keras). Karena sebab itulah yang membuat bossku lebih betah menghabiskan waktunya di office....yang berimbas pada semua anak buahnya. Di office kami lembur untuk mendengarkan dia bercerita, ceramah, dll yang kebanyakan tidak berhubungan dengan pekerjaan, sedangkan ketika kami di tugas di luar kota, kami tenggo supaya bisa menemani dia kuliner sambil mendengarkan dia bercerita dan ceramah. Ironis bukan???

Pernah suatu ketika pada awal tahun saat kenaikan gaji, dia memuji salah seorang dari kami dikarenakan setiap hari lembur di office, bossku mengatakan dia bagus karena sudah menunjukkan performance lebih dibandingkan teman-teman yang lain. The question is: Ngapain dia lembur tiap hari? The simple answer is...dia menunggu pacarnya pulang yang notabene adalah kasir di salah satu cabang perusahaan kami, jadi dia bisa telpon pacarnya menggunakan telpon office (karena HO dan cabang menggunakan VOIP). Lucu bukan???

Saat ini ada 9 anak baru yang baru masuk, bossku berusaha menerapkan lembur setiap hari. Dia memberikan tugas-tugas yang menurut kami dibuat-buat sehingga anak-anak baru tersebut lembur setiap hari. Awalnya tugas tersebut bertujuan untuk mensupport pekerjaan kami, tapi jadi salah fungsi...akhirnya jadi mendalami operasional dan melenceng jauh dari tujuan awal.

Hal terakhir yang dilakukannya (sd aku menuliskan ini), yang membuat teman-teman lain pada complaint (tidak secara terang-terangan) adalah bossku mengatakan jangan dikira dia tidak tau mana yang lembur mana yang tidak, jangan dikira dia tidak memperhatikan hal itu. Nah, untuk teman-teman yang belum berkeluarga dan perantauan (nge-kost) bisa lembur di office tapi bukan kerja melainkan main game di computer. Yang sudah berkeluarga pada ngoceh, mereka menilai ini tidak adil, kalau lembur tapi tidak kerja dianggap performance (karena dilihat dari absensi).

Apakah kelakuan seperti itu bisa disebut sebagai kelakuan yang benar untuk ukuran seorang pimpinan? Apakah masuk akal menilai performance seseorang hanya dilihat dari absensi?

So, buat siapa saja yang membaca blogku ini, jika Anda seorang pimpinan sudahkan Anda menjadi pimpinan yang wise?, jika Anda adalah calon pemimpin jadilah pemimpin yang baik, jika Anda seorang bawahan bersyukurlah jika pimpinan Anda adalah seseorang yang wise tetapi tetap bersemangatlah jika pimpinan Anda ternyata kurang wise seperti pimpinanku. Jika memang sudah tidak tahan dan tidak bisa ditoleransi lagi, yah jalan satu-satunya mencari kerjaan baru, heheheee....
Tapi perlu pula diingat bahwa dimanapun kita bekerja pasti ada plus minus, tidak mungkin ada pekerjaan yang 100% seperti yang kita harapkan. Jia you!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar