Banyak
anak di usia batita masih menyusu pada ibunya. Kendati, tak sedikit pula dari
mereka yang sebenarnya hanya ngempeng. Maksudnya, anak tak benar-benar
menyusu ASI, melainkan hanya mengulum puting susu ibunya. Kala ngempeng, yang
anak cari memang bukanlah ASI, melainkan rasa aman dan nyaman dari ibunya.
Kebiasaan mengempeng puting tak berdampak pada pertumbuhan fisik anak, namun
perlu diwaspadai dalam hal psikis. Karena kebiasaan ini membuat anak selalu
bergantung pada ibunya. Akibatnya, anak tak bisa dilepas sendiri, selalu
menjadi "buntut" ibunya. Jika ibunya meninggalkan dirinya, meski
hanya sesaat, boleh jadi ia akan menangis, rewel, tak mau makan dan sebagainya.
Bila kondisi ini tidak diatasi, dikhawatirkan anak akan tumbuh menjadi sosok
manja, sulit mandiri, penakut dan selalu bergantung pada ibunya, pada akhirnya
anak sulit bersosialisasi, tidak bebas dan lepas bereksplorasi.
Ada beberapa hal yang dapat orangtua lakukan untuk mengatasi kebiasaan ngempeng
puting ini, yakni:
1. Hindari ngek-jel.
Jangan selalu menjejali payudara atau memberikan puting atau ngek-jel, untuk
anak menyusu, setiap kali si kecil rewel atau menangis. Perlakuan ini akan
membuat anak merasa nyaman, sehingga menuntut perlakuan sama ketika ia
merasakan ketidaknyamanan. Ketika anak menangis, coba cermati penyebabnya.
Mungkin si kecil sakit akibat terjatuh, tak nyaman karena kepanasan, kedinginan
dan lainnya. Tangisan dan sikap rewel anak harus diatasi berdasarkan penyebabnya
bukan dengan memberikan kesempatan ngempeng puting.
2. Lepas puting.
Jangan biarkan si batita mengisap puting susu ibu terlalu lama. Jika ia sudah
kenyang menyusu ASI atau sudah tertidur, segera lepaskan puting dari mulutnya.
Kalau sudah menjadi kebiasaan akan sulit melepaskannya. Jika dilepas, ia akan
menangis. Jika sudah terlanjur ngempeng, lakukan pelepasan secara bertahap
jangan dipaksa. Batasi ngempeng hanya sehari dua kali, pagi dan malam saja.
Carikan aktivitas yang menyenangkan untuk mengalihkan anak dari keinginan
ngempeng. Selanjutnya, kurangi menjadi sekali sehari saja, setelah itu
dihilangkan sama sekali.
3. Berikan pengertian.
Ketika anak menangis, tenangkan, lalu berikan pengertian. Bila ia menangis
karena lapar, terangkan bahwa rasa lapar memang tidak enak dan untuk
mengatasinya ia harus makan. Jika waktu makan tiba, hindari memberikan ASI
terlebih dahulu, tapi berikan makanan pokok. Setelah itu, kira-kira dua jam
kemudian, berikan ASI kepada si kecil sebagai camilan. Hal ini akan memberikan
penjelasan kepada anak mengenai sebuah proses sebab-akibat dan cara
mengatasinya. Jika Anda hanya memberikan ASI saja tanpa disertai penjelasan,
anak akan menangkap sebuah ritme yang itu-itu saja.
4. Alihkan perhatiannya.
Ketika anak hendak ngempeng, segera alihkan perhatiannya pada hal lain.
Entah dengan bercerita, menunjuk benda yang ada didekatnya, mengajaknya
bernyanyi atau aktivitas menyenangkan lainnya. Jika anak tertarik, dia akan
lupa keinginannya untuk ngempeng.
5. Sesuaikan kebutuhan menyusu.
Meski anjuran pemberian ASI berlangsung hingga usia dua tahun tetapi sejak usia
enam bulan, anak sudah harus diberikan makanan pendamping ASI (MPASI).
Tujuannya, selain untuk mencukupi kebutuhan gizi anak yang sudah semakin
banyak, juga mengenalkan aneka makanan selain susu. Dengan beragam jenis
makanan yang ia konsumsi, ia akan tahu bahwa banyak makanan penting lain
disamping susu.
Seiring pertambahan usianya, sebaiknya pemberian ASI disesuaikan. Jika pada
6 bulan pertama, ASI diberikan terus menerus kapan saja dibutuhkan, maka di
usia 1 tahun menjadi empat kali minum ASi dalam sehari, usia dua tahun
menjadi tiga kali sehari, dan usia tiga tahun menjadi dua kali sehari.
Sebaiknya di usia 1 tahun anak sudah dikenalkan dengan penggunaan gelas saat
menyusu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar