Knowledge

All (93) Astrology (2) Baby (25) Fashion (23) Finance (1) Folk Tales (4) Foods (8) Health (12) Kids (13) Knowledge (30) Motivation (6) Pregnancy (10) Travelling (1)

3 September 2015

Perilaku Seorang Pemimpin

Sekarang lagi trend nih membandingkan boss dengan leader. Lebih baik menjadi seorang boss atau leader? Lebih baik dipimpin oleh boss atau leader? Aku mau sharing pengalaman tentang perilaku seorang pemimpin, dengan harapan kita yang berprofesi sebagai karyawan dengan kemungkinan suatu saat pasti menjadi pimpinan bisa berperilaku yang baik.

Aku masuk kerja di perusahaan (sebut aja perusahaan X) yang baru membentuk 1 divisi baru, dimana disana ada teman rekan kerja yang menjadi seniorku (sebut aja namanya W) yang sepertinya merasa kecewa dengan tempat kerjaku. Alasannya adalah pemberian level dan gaji yang tidak adil untuk dia.

Jadi ada 2 senior di divisiku, dimana si H ternyata levelnya lebih tinggi daripada si W, padahal secara pekerjaan mereka ber2 selevel. Akibat dari rasa tidak adil itu, membuat si W merasa saingan dengan H, sementara si H sebenarnya biasa-biasa saja dan tidak sombong ataupun merendahkan W. W kerap kali meng-email pribadi ke pimpinan mengenai ide-ide cemerlangnya. Jika ada pekerjaan yang melibatkan mereka menjadi 1 team, W akan sangat pelit informasi kepada H...pokoknya suasana terasa sekali persaingannya.


Padahal dalam hal ini H tidak bisa disalahkan, karena bukan dia yang menentukan level W, dan dia masuk dengan level lebih tinggi adalah karena kepandaiannya dalam bernegosiasi di awal interview. Tapi apa daya, dia jadi tidak disukai W.

Sikap yang ditunjukkan W di kantor adalah cuek, tidak care dengan lingkungannya, tidak mau terlibat dalam kegiatan kebersamaan apapun. Undangan pernikahan dari teman-temanpun dia tidak pernah datang dengan berbagai alasan. Hanya pada saat undangan pernikahan H dia datang. Pada jam istirahat, setelah makan dia juga menghilang, tidak berkumpul dengan teman-teman. Waktu dia menikah juga diam-diam, tiba2 H-1 dia baru info ke pimpinan, pimpinan kami juga sampai kaget, yang lebih unik lagi tidak ada undangan. Alasannya tidak pesta karena neneknya baru meninggal. Dia hanya berteman dengan beberapa orang yang merasa senasib, sama-sama dikecewakan perusahaan (aku menamai mereka pasukan sakit hati). Akhirnya suatu hari W mengajukan resign dengan alasan mau buka usaha sendiri. Bocoran info dari teman, W bukan buka usaha tetapi masuk ke perusahaan lain. Tapi ternyata itu tidak berlangsung lama, karena 1 bulan kemudian dia kembali lagi ke perusahaan X (rumor mengatakan dia tidak betah di tempat barunya).

Setelah masuk lagi ke perusahaan X, sifatnya tetap tidak berubah. Seiring berjalannya waktu, divisiku makin besar, makin banyak orang. H dan W naik level dan memiliki anak buah masing-masing. Walaupun sudah naik level dan memiliki anak buah sendiri, W tetap orang yang tidak perduli dengan divisinya. Setiap ada acara atau event dia tidak pernah antusias untuk terlibat, baik untuk membantu ataupun menjadi peserta. Bahkan kebiasaan telat datang ke kantor pun masih terus berlanjut. Benar-benar terlihat seperti orang yang tidak punya perasaan memiliki.

Singkat cerita, perusahaan kami membentuk divisi baru dan pimpinan kami dipercaya untuk memimpin dan H juga ditarik memimpin tempat lain. Akhirnya W menjadi pimpinan di divisiku. Sejak dia mulai menjadi pimpinan, perilakunya mulai berubah. Perubahan yang sangat drastis terjadi. Dia sangat care terhadap ruangan kami, care terhadap setiap event, dan menuntut anak buahnya untuk care, jangan masa bodoh. Selain itu dia juga tidak telat lagi datang ke kantor. Untuk kami yang orang lama, yang mengenal dia dari awal saat  dia masih menjadi bawahan jadi merasa sangat aneh...apalagi bukan sekedar care, tapi sangat care. Contohnya seperti setiap pagi dia akan berkeliling ruangan kami untung memeriksa, baik kebersihan maupun kerapihan ruangan. Jika ada kotoran dia akan memungut atau melapnya. Sangat terlihat kalau dia merasa memiliki, bahkan sangat memiliki.

Apa yang dia lakukan saat ini, bagi kami anak buahnya yang mengenal dia jadi seperti sebuah pencitraan. Dan dari apa yang aku lihat, sekarang dia menghadapi anak buah yang kurang care dan dia menuntut itu dari mereka. Tapi seperti hukum tabur tuai, atau hukum karma kalau aku bilang...dia pernah menjadi bawahan dan berperilaku seperti itu, malah lebih parah dari itu, sekarang dia menghadapi orang-orang seperti dia yang untungnya masih lebih baik daripada dia dulu.

Dan untuk usahanya menjadi contoh, menjadi teladan untuk anak buahnya tidak berhasil seperti yang dia inginkan. Karena apa?? Karena kita semua tahu seperti apa sebenaranya dia dan melihat perilakunya yang berubah 360 derajat jadi terlihat tidak tulus dan hanya sebuah pencitraan. Sejak kepemimpinannya, makin banyak anak buahnya yang tidak betah dengan gaya kepemimpinannya. Bukan berarti dia orang yang 100% jahat yah, biar bagaimanapun dia memiliki sisi yang baik juga. Tapi yang aku bahas disini adalah lebih spesifik mengenai perilaku.

Pesan moral: Jadilah seorang karyawan yang berperilaku baik dan bekerja dengan tulus, jangan baru berusaha menjadi baik hanya pada saat kita sudah menjadi pimpinan, karena itu berarti kita sudah terlambat memupuk kebaikan di mata semua orang dan akan menjadi sia-sia. Setidak-tidak sukanya kita terhadap pekerjaan kita, jika kita sudah memilih pekerjaan itu, kita harus belajar mencintai pekerjaan pilihan kita. Be a good leader not a boss!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar